Review Animal Farm — George Orwell
Merupakan karya penulis berkebangsaan Inggris yaitu George Orwell, Animal Farm atau terjemahan yang saya baca Binatangisme adalah buku dengan genre Novel yang memiliki jumlah 112 halaman, buku ini pertama kali diterbitkan pada saat yang sama dengan tahun kemerdekaan Negara Indonesia, dianggap sebagai buku terbaiknya, setelah buku 1984 yang dilain sisi merupakan buku yang melambungkan namanya.
Thanks to Shraddha Agrawal @shraddhaag for making this photo available freely on Unsplash 🎁 https://unsplash.com/photos/2eEwAqaR2sY
Saya membaca seperempat bagian buku ini pada penghujung tahun 2020, pada awalnya saya mengira buku ini akan diselesaikan dengan ending utopis dengan konflik ala kadarnya saja, dengan kata lain sebatas bertujuan menghibur pembaca tanpa embel-embel kepentingan lain.
Wajar saja saya sebelumnya belum melakukan riset tentang penulis buku sendiri selain mengetahui genre dan penulis yang namanya cukup mahsyur, sehingga tanpa pertimbangan serta pikir panjang lantas memberikan tanggapan sesuai paragraf sebelumnya.
Kemudian baru setelah menyelesaikan sisa tiga per empat bagiannya pada tahun ini (2021), saya baru benar-benar menyadari keremehan dan dangkalnya pendapat saya, karena pada akhirnya kesimpulan awal saya malah dijungkirbalikan dari keadaan yang dikira akan ideal justru menjadi distopia dengan alegori dan satire yang disusupkan dimana-mana.
Secara keseluruhan sinopsis buku ini berlatar pada sebuah peternakan dengan bermacam-macam hewan ternak mulai dari mamalia hingga unggas, dengan kepadatan populasi yang cukup tinggi dikarenakan dapat berkembang biak secara produktif.
Semua karakter yang dinarasikan menggambarkan golongan maupun figur-figur politik yang ada pada dunia nyata, mulai dari analogi kerajaan, faham-faham kapitalisme hingga komunisme, rakyat, militer, agen propaganda, partai dan beberapa tokoh bijak maupun tiran.
Beberapa poin yang dapat saya fahami akan saya breakdown pada list dibawah, beberapa juga masih relevan dengan situasi politik saat ini diantaranya:
- Sosok-sosok yang kita kenal saat ini munkin saja tidak sebaik yang kita fahami, terlebih jika figur ini merupakan seorang pemimpin pada masanya.
- Terdapat beberapa orang pencetus yang kemungkinan dihapuskan dari sejarah, karena selain idenya yang digunakan sebagai langkah awal suatu revolusi, setelahnya akan dikaburkan sedikit demi sedikit untuk kepentingan penguasa baru ditambah (ketakukan akan revolusi kembali jika publik mengetahui maksud awal revolusi adalah mengubah keadaan, namun yang terjadi justru keadaan tersebut kembali berulang hanya berbeda pada struktur nya saja).
- Terdapat kaum-kaum yang cukup terpelajar dan pandai namun tidak cukup bijak untuk membagikan pengetahuannya pada publik, karakter ini merasa apapun pada akhirnya sama saja (hidup susah) mau seperti apapun dilakukan revolusi, baru pada keadaan yang tidak termaafkan atau menyinggung ranahnya karakter ini baru akan menyuarakan opininya, tapi jelas sudah sangat terlambat.
- Gambaran pemimpin tiran/totaliter yang setelah bersekongkol untuk menggulingkan pemerintahan model lama, selanjutnya memisahkan diri untuk membangun sekutunya sendiri, kemudian melawan hingga mengusir orang-orang yang sebelumnya membantu. Mengambil semua kehormatannya lantas serta-merta menjadikannya kambing hitam atas segala kekeliruan maupun kesialan kebijakan-kebijakanya. Hingga mementingkan keturunan dan golongan atau kaum yang setia kepadanya saja dan pada akhirnya kembali menindas rakyat.
- Semua instrumen pemerintahan seperti militer hingga dewan hanya bertujuan untuk menindas dan mengelabui rakyat, segala kerja yang pada awalnya disepakati hasilnya untuk memakmurkan rakyat malah hanya memakmurkan elitnya yang justru semakin menginjak martabat rakyat, ketika kegelisahan rakyat memuncak, mereka akan kembali bungkam secepat emosi yang sebelumnya akan dicurahkan, entah karena takut oleh militer, terkena bualan juru bicara tentang kemakmuran palsu dan pencapaian semu.
- Statistik adalah data yang ditujukan untuk memanipulasi pendapat awam, supaya mengira jika semuanya senantiasa mengalami kemajuan.
Kira-kira itu review saya tentang buku Animal Farm, pada akhir-akhir bagian sebenarnya saya gemas kenapa malah jadi seperti itu, keadaan makin parah dan ketiadaan sosok pahlawan, namun disamping itu pandangan saya juga jadi lebih terbuka dan waspada terhadap situasi politik yang terjadi pada negeri ini, sekian.